Tuesday, June 16, 2015

Program Ramadhan Penuh Barokah

Kabar gembira bagi teman-teman pelajar dan pemula yang ingin memahami Bahasa Arab sekaligus mengerti surat terpanjang al-Qur'an al-Baqarah. Surat al-Baqarah mengandung sekitar 1/3 bahasa Arab dalam al-Qur'an. Dalam suatu hadits disebutkan bahwa barang siapa yang membacakan surah al-Baqarah dirumahnya (suatu tempat) maka syetan tidak akan datang selama 3 hari. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah Swt.


                                                            Program Ramadhan Super
                                                        BAHASA ARAB INTENSIF (BAI)
                                                           Mengupas Surat Al-Baqarah

                                Bimbingan Super Intensif dalam 11 (sebelas) Pertemuan
                                      Pembelajaran selama 36 (tiga puluh enam) jam

                                                 Ringkas, Lebih mudah dan Aplikatif

                                           Siap mengerti al-Quran dalam waktu kilat!
                                         Ramadhan adalah waktu yang tepat buatmu

                                                            Siapkan semangatmu di:

                        Super BAI Batch I tgl 18-27 Juni 2015 M (1-10 Ramadhan 1436 H)
                                                                              Atau
                        Super BAI Batch II tgl 28-6 Juli 2015 M (11-19 Ramadhan 1436 H)

                                                                  COBA Sekarang!
                                                             
                                           SMS kan: Nama-Alamat Pendidikan terakhir

                                                                  Ke: 0852 1911 7881

                                                       Kami segera memghubungi Anda



Sunday, September 15, 2013

ALL NEW PROGRAMS


Hubungi kami di:
0852 1911 7881
e-mail: bimbelinsight@gmail.com
Add Facebook:
https://www.facebook.com/bimbel.insight
Follow Twitter: 
https://twitter.com/bimbelinsight


Thursday, September 27, 2012

Tips dan Trik Menghadapi Ulangan Harian / Ujian Semester dan Ujian Nasional

  Belajar merupakan hal yang wajib dilakukan oleh para pelajar . Belajar pada umumnya dilakukan di sekolah ketika jam pelajaran berlangsung dibimbing oleh Bapak atau Ibu Guru. Belajar yang baik juga dilakukan di rumah baik dengan maupun tanpa PR ( pekerjaan rumah ) Belajar yang dilakukan secara terburu-buru akibat dikejar-kejar waktu memiliki dampak yang tidak baik. Berikut ini adalah tips dan triks yang dapat menjadi masukan berharga dalam mempersiapkan diri dalam menghadapi ulangan atau ujian : 1. Belajar Kelompok Belajar kelompok dapat menjadi kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan karena ditemani oleh teman dan berada di rumah sendiri sehingga dapat lebih santai. Namun sebaiknya tetap didampingi oleh orang dewasa seperti kakak, paman, bibi atau orang tua agar belajar tidak berubah menjadi bermain. Belajar kelompok ada baiknya mengajak teman yang pandai dan rajin belajar agar yang tidak pandai jadi ketularan pintar. Dalam belajar kelompok kegiatannya adalah membahas pelajaran yang belum dipahami oleh semua atau sebagian kelompok belajar baik yang sudah dijelaskan guru maupun belum dijelaskan guru. 2. Rajin Membuat Catatan Intisari Pelajaran Bagian-bagian penting dari pelajaran sebaiknya dibuat catatan di kertas atau buku kecil yang dapat dibawa kemana-mana sehingga dapat dibaca di mana pun kita berada. Namun catatan tersebut jangan dijadikan media mencontek karena dapat merugikan kita sendiri. 3. Membuat Perencanaan Yang Baik Untuk mencapai suatu tujuan biasanya diiringi oleh rencana yang baik. Oleh karena itu ada baiknya kita membuat rencana belajar dan rencana pencapaian nilai untuk mengetahui apakah kegiatan belajar yang kita lakukan telah maksimal atau perlu ditingkatkan. Sesuaikan target pencapaian dengan kemampuan yang kita miliki. Jangan menargetkan yang yang nomor satu jika saat ini kita masih di luar 10 besar di kelas. Buat rencana belajar yang diprioritaskan pada mata pelajaran yang lemah. Buatlah jadwal belajar yang baik. 4. Disiplin Dalam Belajar Apabila kita telah membuat jadwal belajar maka harus dijalankan dengan baik. Contohnya seperti belajar tepat waktu dan serius tidak sambil main-main dengan konsentrasi penuh. Jika waktu makan, mandi, ibadah, dan sebagainya telah tiba maka jangan ditunda-tunda lagi. Lanjutkan belajar setelah melakukan kegiatan tersebut jika waktu belajar belum usai. Bermain dengan teman atau game dapat merusak konsentrasi belajar. Sebaiknya kegiatan bermain juga dijadwalkan dengan waktu yang cukup panjang namun tidak melelahkan jika dilakukan sebelum waktu belajar. Jika bermain video game sebaiknya pilih game yang mendidik dan tidak menimbulkan rasa penasaran yang tinggi ataupun rasa kekesalan yang tinggi jika kalah. 5. Menjadi Aktif Bertanya dan Ditanya Jika ada hal yang belum jelas, maka tanyakan kepada guru, teman atau orang tua. Jika kita bertanya biasanya kita akan ingat jawabannya. Jika bertanya, bertanyalah secukupnya dan jangan bersifat menguji orang yang kita tanya. Tawarkanlah pada teman untuk bertanya kepada kita hal-hal yang belum dia pahami. Semakin banyak ditanya maka kita dapat semakin ingat dengan jawaban dan apabila kita juga tidak tahu jawaban yang benar, maka kita dapat membahasnya bersama-sama dengan teman. 6. Belajar Dengan Serius dan Tekun Ketika belajar di kelas dengarkan dan catat apa yang guru jelaskan. Catat yang penting karena bisa saja hal tersebut tidak ada di buku dan nanti akan keluar saat ulangan atau ujian. Ketika waktu luang baca kembali catatan yang telah dibuat tadi dan hapalkan sambil dimengerti. Jika kita sudah merasa mantap dengan suatu pelajaran maka ujilah diri sendiri dengan soal-soal. Setelah soal dikerjakan periksa jawaban dengan kunci jawaban. Pelajari kembali soal-soal yang salah dijawab. 7. Hindari Belajar Berlebihan Jika waktu ujian atau ulangan sudah dekat biasanya kita akan panik jika belum siap. Jalan pintas yang sering dilakukan oleh pelajar yang belum siap adalah dengan belajar hingga larut malam / begadang atau membuat contekan. Sebaiknya ketika akan ujian tetap tidur tepat waktu karena jika bergadang semalaman akan membawa dampak yang buruk bagi kesehatan, terutama bagi anak-anak. 8. Jujur Dalam Mengerjakan Ulangan Dan Ujian Hindari mencontek ketika sedang mengerjakan soal ulangan atau ujian. Mencontek dapat membuat sifat kita curang dan pembohong. Kebohongan bagaimanapun juga tidak dapat ditutup-tutupi terus-menerus dan cenderung untuk melakukan kebohongan selanjutnya untuk menutupi kebohongan selanjutnya. Anggaplah dengan nyontek pasti akan ketahuan Bapak / Ibu Guru dan memiliki masa depan sebagai penjahat apabila kita melakukan kecurangan. Nah bagi siswa-siswi mulai SD, SMP ,SMA /SMK yang mengalami kesulitan belajar, mari bergabung dengan kami di  Semoga tips cara belajar yang benar ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua, amin. 
 
http://epsilonprivat.blogspot.com

Friday, July 20, 2012

KTSP 2006, Plus dan Minus


Kelebihan KTSP

KTSP yang hendak diberlakukan Depertemen Pendidikan Nasional melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) sesungguhnya dimaksudkan untuk mempertegas pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Artinya, kurikulum baru yang ini tetap memberikan tekanan pada pengembangan kompetensi siswa. Menurut Fasli Jalal, pemberlakukan KTSP tidak akan melalui uji publik maupun uji coba, karena kurikulum ini telah diujicobakan melalui KBK yang diterapkan ke beberapa sekolah yang menjadi pilot project.
Fasli juga berpendapat bahwa pemberlakuan Kurikulum 2006 tergantung analisis Mendiknas. Namun, kurikulum ini hanya akan diterapkan di kelas 1 di semua jenjang. Selain itu, hanya sekolah yang siap, yang menerapkan kurikulum baru ini. Kesiapan sekolah ini ditandai dengan ketersediaan sarana dan prasarana, pengalaman menerapkan KBK, dan rasio murid. Pengalaman menerapkan KBK dapat menjadi bekal suatu sekolah untuk menerapkan kurikulum baru ini dan diharapkan tahun 2009, semua sekolah telah menerapkan kurikulum ini.
Setiap kurikulum yang diberlakukan di Indonesia memiliki kelebihan-kelebihan masing-masing bergantung kepada situasi dan kondisi saat di mana kurikulum tersebut diberlakukan. Menurut hemat penulis KTSP yang direncanakan dapat diberlakukan secara menyeluruh di semua sekolah-sekolah di Indonesia pada tahun 2009 itu juga memiliki beberapa kelebihan jika dibanding dengan kurikulum sebelumnya, terutama kurikulum 2004 atau KBK. Kelebihan-kelebihan KTSP ini antara lain:

1. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum di masa lalu adalah adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia, tidak melihat kepada situasi riil di lapangan, dan kurang menghargai potensi keunggulan lokal. Dengan adanya penyeragaman ini, sekolah di kota sama dengan sekolah di daerah pinggiran maupun di daerah pedesaan. Penyeragaman kurikulum ini juga berimplikasi pada beberapa kenyataan bahwa sekolah di daerah pertanian sama dengan sekolah yang daerah pesisir pantai, sekolah di daerah industri sama dengan di wilayah pariwisata. Oleh karenanya, kurikulum tersebut menjadi kurang operasional, sehingga tidak memberikan kompetensi yang cukup bagi peserta didik untuk mengembangkan diri dan keunggulankhas yang ada di daerahnya. Sebagai implikasi dari penyeragaman ini akibatnya para lulusan tidak memiliki daya kompetitif di dunia kerja dan berimplikasi pula terhadap meningkatnya angka pengangguran. Untuk itulah kehadiran KTSP diharapkan dapat memberikan jawaban yang konkrit terhadap mutu dunia pendidikan di Indonesia.
Dengan semangat otonomi itu, sekolah bersama dengan komite sekolah dapat secara bersama-sama merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi lingkungan sekolah. Sebagai sesuatu yang baru, sekolah mungkin mengalami kesulitan dalam penyusunan KTSP. Oleh karena itu, jika diperlukan, sekolah dapat berkonsultasi baik secara vertikal maupun secara horizontal. Secara vertikal, sekolah dapat berkonsultasi dengan Dinas Pendidikan Daerah Kabupaten atau Kota, Dinas Pendidikan Provinsi, Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi, dan Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan secara horizontal, sekolah dapat bermitra dengan stakeholder pendidikan dalam merumuskan KTSP. Misalnya, dunia industri, kerajinan, pariwisata, petani, nelayan, organisasi profesi, dan sebagainya agar kurikulum yang dibuat oleh sekolah benar-benar mampu menjawab kebutuhan di daerah di mana sekolah tersebut berada.
2. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.
Dengan berpijak pada panduan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah yang dibuat oleh BNSP, sekolah diberi keleluasaan untuk merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan situasi, kondisi, dan potensi keunggulan lokal yang bisa dimunculkan oleh sekolah. Sekolah bisa mengembangkan standar yang lebih tinggi dari standar isi dan standar kompetensi lulusan.
Sebagaimana diketahui, prinsip pengembangan KTSP adalah (1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; (2) Beragam dan terpadu; (3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan; (5) Menyeluruh dan berkesinambungan; (6) Belajar sepanjang hayat; (7) Dan seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Berdasarkan prinsip-prinsip ini, KTSP sangat relevan dengan konsep desentralisasi pendidikan sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dan konsep manajemen berbasis sekolah (MBS) yang mencakup otonomi sekolah di dalamnya. Pemerintah daerah dapat lebih leluasa berimprovisasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Di samping itu, sekolah bersama komite sekolah diberi otonomi menyusun kurikulum sendiri sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
3. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.
Sesuai dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) dan Peraturan Mendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), sekolah diwajibkan menyusun kurikulumnya sendiri. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) itu memungkinkan sekolah menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu yang dianggap paling dibutuhkan siswanya. Sebagai contoh misalnya, sekolah yang berada dalam kawasan pariwisata dapat lebih memfokuskan pada mata pelajaran bahasa Inggris atau mata pelajaran di bidang kepariwisataan lainnya.
Sekolah-sekolah tersebut tidak hanya menjadikan materi bahasa Inggris dan kepariwisataan sebagai mata pelajaran saja, tetapi lebih dari itu menjadikan mata pelajaran tersebut sebagai sebuah ketrampilan. Sehingga kelak jika peserta didik di lingkungan ini telah menyelesaikan studinya bila mereka tidak berkeinginan untuk melanjutkan studinya ke jenjang perguruan tinggi mereka dapat langsung bekerja menerapkan ilmu dan ketrampilan yang telah diperoleh di bangku sekolah.
KTSP ini sesungguhnya lebih mudah, karena guru diberi kebebasan untuk mengembangkan kompetensi siswanya sesuai dengan lingkungan dan kultur daerahnya. KTSP juga tidak mengatur secara rinci kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas, tetapi guru dan sekolah diberi keleluasaan untuk mengembangkannya sendiri sesuai dengan kondisi murid dan daerahnya. Di samping itu yang harus digarisbawahi adalah bahwa yang akan dikeluarkan oleh BNSP tersebut bukanlah kurikulum tetapi tepatnya Pedoman Penyusunan Kurikulum 2006.
4. KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang lebih 20%.
Dengan diberlakukannya KTSP itu nantinya akan dapat mengurangi beban belajar sebanyak 20% karena KTSP tersebut lebih sederhana. Di samping jam pelajaran akan dikurangi antara 100-200 jam per tahun, bahan ajar yang dianggap memberatkan siswa pun akan dikurangi. Meskipun terdapat pengurangan jam pelajaran dan bahan ajar, KTSP tetap memberikan tekanan pada pengembangan kompetensi siswa.
Pengurangan jam belajar siswa tersebut merupakan rekomendasi dari BNSP. Rekomendasi ini dapat dikatakan cukup unik, karena selama bertahun-tahun beban belajar siswa tidak mengalami perubahan, dan biasanya yang berubah adalah metode pengajaran dan buku pelajaran semata. Jam pelajaran yang biasa diterapkan kepada siswa sebelunya berkisar antara 1.000-1.200 jam pelajaran dalam setahun. Jika biasanya satu jam pelajaran untuk siswa SD, SMP dan SMA adalah 45 menit, maka rekomendasi BNSP ini mengusulkan pengurangan untuk SD menjadi 35 menit setiap jm pelajaran, untuk SMP menjadi 40 menit, dan untuk SMA tidak berubah, yakni tetap 45 menit setiap jam pelajaran. Total 1.000 jam pelajaran dalam satu tahun ini dengan asumsi setahun terdapat 36-40 minggu efektif kegiatan belajar mengajar.dan dalam seminggu tersebut meliputi 36-38 jam pelajaran.
Alasan diadakannya pengurangan jam pelajaran ini karena menurut pakar-pakar pendidikan anak bahwa jam pelajaran di sekolah-sekolah selama ini terlalu banyak. Apalagi kegiatan belajar mengajar masih banyak yang terpaku pada kegiatan tatap muka di kelas. Sehingga suasana yang tercipta pun menjadi terkesan sangat formal. Dampak yang mungkin tidak terlalu disadari adalah siswa terlalu terbebani dengan jam pelajaran tersebut. Akibat lebih jauh lagi adalah mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
Persoalan ini lebih dirasakan untuk siswa SD dan SMP. Dalam usia yang masih anak-anak, mereka membutuhkan waktu bermain yang cukup untuk mengembangkan kepribadiannya. Suasana formal yang diciptakan sekolah, ditambah lagi standar jam pelajaran yang relatif lama, tentu akan memberikan dampak tersendiri pada psikologis anak. Banyak pakar yang menilai sekolah selama ini telah merampas hak anak untuk mengembangkan kepribadian secara alami.
Inilah yang menjadi dasar pemikiran bahwa jam pelajaran untuk siswa perlu dikurangi. Meski demikian, perngurangan itu tidak dilakukan secara ekstrim dengan memangkas sekian jam frekwensi siswa berhubungan dengan mata pelajaran di kelas. Melainkan memotong sedikit, atau menghilangkan titik kejenuhan siswa terhadap mata pelajaran dalam sehari akibat terlalu lama berkutat dengan pelajaran itu.
Dapat dikatakan bahwa perberlakuan KTSP ini sebagai upaya perbaikan secara kontinuitif. Sebagai contoh, kurikulum 1994 dapat dinilai sebagai kurikulum yang berat dalam penerapannya. Ketika diberlakukan Kurikulum 1994 banyak sekolah yang terlalu bersemangat ingin meningkatkan kompetensi iptek siswa, sehingga muatan iptek pun dibesarkan. Tetapi yang patut disayangkan adalah SDM yang tersedia belum siap, sehingga hasilnya hanya sekitar 30% siswa yang mampu menerapkan kurikulum tersebut.
5. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.
Pola kurikulum baru (KTSP) akan memberi angin segar pada sekolah-sekolah yang menyebut dirinya nasional plus. Sekolah-sekolah swasta yang kini marak bermunculan itu sejak beberapa tahun terakhir telah mengembangkan variasi atas kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Sehingga ketika pemerintah kemudian justru mewajibkan adanya pengayaan dari masing-masing sekolah, sekolah-sekolah plus itu jelas akan menyambut gembira.
Kehadiran KTSP ini bisa jadi merupakan kabar baik bagi sekolah-sekolah plus. Sebagian sekolah-sekolah plus tersebut ada yang khawatir ditegur karena memakai bilingual atau memakai istilah kurikulum yang bermacam-macam seperti yang ada sekarang. Sekarang semua bentuk improvisasi dibebaskan asal tidak keluar panduan yang telah ditetapkan dalam KTSP.
Sebagai contoh, Sekolah High Scope Indonesia, sebelumnya sejak awal berdiri pada 1990 telah menggunakan kombinasi kurikulum Indonesia dengan Amerika Serikat (AS). Kendati mendapat lisensi dari AS, namun pihaknya tetap mematuhi kurikulum pemerintah. Caranya dengan mematuhi batas minimal, namun secara optimal memberikan penekanan pada aspek-aspek tertentu yang tidak diatur oleh kurikulum. Misalnya tetap memberikan materi Bahasa Indonesia, namun menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar utama.
Kelemahan KTSP

Setiap kurikulum yang diberlakukan di Indonesia di samping memiliki kelebihan-kelebihan juga memiliki kelemahan-kelamahannya. Sebagai konsekuansi logis dari penerapan KTSP ini setidak-tidaknya menurut penulis terdapat beberapa kelemahan-kelamahan dalam KTSP maupun penerapannya, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada.
Pola penerapan KTSP atau kurikulum 2006 terbentur pada masih minimnya kualitas guru dan sekolah. Sebagian besar guru belum bisa diharapkan memberikan kontribusi pemikiran dan ide-ide kreatif untuk menjabarkan panduan kurikulum itu (KTSP), baik di atas kertas maupun di depan kelas. Selain disebabkan oleh rendahnya kualifikasi, juga disebabkan pola kurikulum lama yang terlanjur mengekang kreativitas guru.
2. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP.
Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap dan representatif merupakan salah satu syarat yang paling urgen bagi pelaksanaan KTSP. Sementara kondisi di lapangan menunjukkan masih banyak satuan pendidikan yang minim alat peraga, laboratorium serta fasilitas penunjang yang menjadi syarat utama pemberlakuan KTSP.
3. Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik konsepnya, penyusunannya maupun prakteknya di lapangan.
Masih rendahnya kuantitas guru yang diharapkan mampu memahami dan menguasai KTSP dapat disebabkan karena pelaksanaan sosialisasi masih belum terlaksana secara menyeluruh. Jika tahapan sosialisasi tidak dapat tercapai secara menyeluruh, maka pemberlakuan KTSP secara nasional yang targetnya hendak dicapai paling lambat tahun 2009 tidak memungkinkan untuk dapat dicapai.
4. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak berkurang pendapatan para guru.
Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) akan menambah persoalan di dunia pendidikan. Selain menghadapi ketidaksiapan sekolah berganti kurikulum, KTSP juga mengancam pendapatan para guru. Sebagaimana diketahui rekomendasi BSNP terkait pemberlakuan KTSP tersebut berimplikasi pada pengurangan jumlah jam mengajar. Hal ini berdampak pada berkurangnya jumlah jam mengajar para guru. Akibatnya, guru terancam tidak memperoleh tunjangan profesi dan fungsional.
Untuk memperoleh tunjangan profesi dan fungsional semua guru harus mengajar 24 jam, jika jamnya dikurangi maka tidak akan bisa memperoleh tunjangan. Sebagai contoh, pelajaran Sosiologi untuk kelas 1 SMA atau kelas 10 mendapat dua jam pelajaran di KTSP maupun kurikulum sebelumnya. Sedangkan di kelas 2 SMA atau kelas 11 IPS, Sosiologi diajarkan selama lima jam pelajaran di kurikulum lama. Namun di KTSP Sosiologi hanya mendapat jatah tiga jam pelajaran. Hal yang sama terjadi di kelas 3 IPS. Pada kurikulum lama, pelajaran Sosiologi diajarkan untuk empat jam pelajaran tapi pada KTSP menjadi tiga jam pelajaran. Sementara itu masih banyak guru yang belum mengetahui tentang ketentuan baru kurikulum ini. Jika KTSP telah benar-benar diberlakukan, para guru sulit memenuhi ketentuan 24 jam mengajar agar bisa memperoleh tunjangan.
Beberapa faktor kelemahan di atas harus menjadi perhatian bagi pemerintah agar pemberlakuan KTSP tidak hanya akan menambah daftar persoalan-persoalan yang dihadapi dalam dunia pendidikan kita. Jika tidak, maka pemberlakuan KTSP hanya akan menambah daftar makin carut marutnya pendidikan di Indonesia.

Monday, July 9, 2012

SNMPTN, Passing Grade atau Minat?


Di dunia SNMPTN ada yang namanya passing grade yaitu batas tertentu agar kita bisa lolos, tetapi terkadang kita dibingungkan memilih antara passing grade atau minat. Passing grade atau minat membuat sebagian siswa bingung bahkan menjadi stress, jadi harus manakah yang kita pilih?
Saya akan bicara mengenai ITB, di ITB ada yang namanya TKR (Tingkat Kesulitan Relatif). Prinsipnya TKR sama dengan passing grade, hanya saja keakuratan TKR lebih tinggi dibanding passing grade. Sebenarnya passing grade sendiri bukan panitia snmptn yang mengadakan, tetapi bimbel-bimbel yang melihat dari hasil try out siswa yang kemudian lulus SNMPTN.
SNMPTN: Passing Grade atau MInat?
SNMPTN: Passing Grade atau MInat?

Passing Grade atau Minat?

Saya ambil contoh misalnya dilembaga bimbel Z hanya ada tiga orang yang mau memilih jurusan kedokteran si A, B, dan C, Mereka masing-masing mendapat nilai tryout terakhir 64, 57, dan 62. Setelah SNMPTN mereka bertiga lulus, dan lembaga bimbel pun mengetahui mereka lulus SNMPTN selanjutnya. Dengan asumsi mereka yang lulus lembaga bimbel membuat passing grade dari jurusan dan PTN ke tiga pilihan anak tersebut, yaitu (nilai tryout siswa yang lulus SNMPTN terkecil). Dalam kasus diatas berarti passing grade untuk kedokteran di PTN tersebut adalah 57.
Itu hanya contoh saja, mungkin ada metode lain yang dipakai. Selanjutnya, Setelah lembaga bimbel mendapatkan nilai passing grade ma masing masing jurusan di suatu PTN, maka siswa-siswa yang hendak akan SNMPTN tahun selanjutnya menjadikan passing grade tersebut patokan kelulusan di TryOut mereka. Dari TryOut itu, mereka dianggap lulus jika melewati atau sama dengan passing grade jurusan yang mereka pilih dan sebaliknya.
Berbeda halnya dengan passing grade, TKR atau Tingkat Kesulitan Relatif diambil datanya dari PTN yang melakukan SNMPTN. Jadi keakuratannya lebih tinggi. Saran saya, jika kalian memilih ITB melalui jalur SNMPTN tulis pertimbangkan TKR-nya.
Sering berjalannya waktu, siswa menjadikan passing grade tersebut sebagai patokan mereka memilih jurusan. Padahal seharusnya siswa tetap memilih jurusan dengan minatnya. Dengan hal yang seperti ini, jika nanti siswa lulus pun cenderung kurang antusias dalam perkuliahan.
Berbeda halnya dengan yang tetap memilih jurusan dengan minat, jika nanti mereka belum lulus di TryOut mereka tidak akan mudah menyerah begitu saja, mereka akan cenderung belajar lebih lagi untuk mencapai target mereka dan jika nanti mereka lulus diterima dijurusan minatnya, neraka akan antusias dalam kegiatan perkuliahannya.

Passing grade atau minat dalam memilih jurusan

Sekali lagi passing grade atau minat? jawabannya minat. Dengan catatan bahwa jurusan tersebut adalah jurusan yang benar-benar dia inginkan, bukan karena paksaan atau faktor lain. Saya sering melihat siswa yang memaksakan memilih jurusan tersebut bukan karena minatnya, tetapi karena gengsi dan self concept dari luar. Orang tua juga seharusnya mendorong anaknya, bukan memaksakan anaknya, karena saya melihat sebagian orang tua memaksakan anaknya untuk masuk di jursan yang bukan benar-benar minatnya.
Passing Grade tidak berpengaruh bagi mereka yang mendapatkan undangan. Ingat untuk tahun 2011 dan selanjutnya jalur masuk PTN melalui SNMPTN ada dua, SNMPTN Tulis dan SNMPTN Undangan. Jika SNMPTN Tulis melihat kelulusan dari nilai mereka ujian maka SNMPTN Undangan melihat kelulusan siswa dari nilai Raport semester 1 sampai 5. Untuk memilih jurusan melalui SNMPTN Undangan perhatikan juga berapa banyak siswa yang memiliki minat terhadap jurusan tersebut, baca [PTN terfavorit pasca SNMPTN Undangan].
Itu saran saya, tetapi keputusan tetap ada ditangan kalian. Pikirkanlah faktor-faktor lain juga dalam memilih jurusan seperti biyaya, kampus, lingkungan, masa depan, dll. Sekali lagi, jangan sampai bingung memilih antara passing grade atau minat.
http://www.blogdiar.biz

Monday, July 2, 2012

Kesuksesan UN dan Bimbingan Belajar

Lebak (ANTARA News) - Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak mengoptimalkan bimbingan belajar dan uji coba (tryout) menghadapi ujian nasional guna mencapai tingkat kelulusan 100 persen.

"Kami menargetkan kelulusan ujian nasional (UN) mata pelajaran 2012 mencapai 100 persen. Sebab kelulusan UN 2011 mencapai 99 persen," kata Kepala Bidang SMP dan SMA/SMK Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Lebak, Asep Komar Hidayat, saat dihubungi, Senin.

Asep mengatakan, pihaknya sudah melakukan sosialisasi di kalangan musyawarah kerja kepala sekolah (MKKS) dan orangtua siswa untuk menerapkan bimbingan belajar (bimbel) dan tryout.

Pelaksanaan bimbel guna memantapkan pengayaan mata pelajaran yang di-UNkan, di antaranya matematika, bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan IPA.

Selain itu juga dilakukan pengenalan mekanisme UN, agar siswa bisa menjawab lembaran dengan benar saat pelaksanaan UN pada April 2012.

Seluruh sekolah harus membiasakan ulangan harian di sekolah dengan menggunakan lembaran jawaban komputer serta pengisian dengan alat pensil.

Dengan pembiasan ini, kata dia, siswa sudah tidak kaget dan bingung lagi ketika mengikuti UN.

Begitu pula sekolah harus memadatkan materi pelajaran, menambah jam belajar dan pelaksanaan tryout.

"Kami yakin dengan bimbel dan uji coba itu bisa mendongkrak kelulusan 100 persen," ujarnya.

Asep menjelaskan, pihaknya juga berkoordinasi dengan kalangan MKKS untuk penyelenggaraan tryout yang direncanakan sebanyak dua sampai tiga kali.

Sisanya diserahkan ke sekolah masing-masing untuk try out mandiri.

"Meski sudah ada tryout dari Dindik dan MKKS, sekolah tetap diberi kesempatan dan keleluasaan untuk melaksanakan uji coba tambahan," ujarnya menjelaskan.

Ia menyebutkan, jumlah siswa yang akan mengikuti UN tercatat 9.448 orang terdiri atas SMA sebanyak 4.849 siswa, SMK 2.895 siswa dan MA 2.614 siswa.

Kelulusan UN tahun ini, lanjut dia, digabungkan dengan hasil nilai ujian sekolah sekitar 40 persen dan 60 persen nilai UN.

Jadi nilai gabungan itu harus diraih oleh siswa dengan nilai rata-rata 5,5 untuk mencapai kelulusan.

"Kalau siswa meraih nilai di bawah 5,5 dipastikan mereka tidak akan lulus dan harus mengikuti ujian paket C," katanya.

Kepala SMA Negeri 3 Rangkasbitung Ucu Murta Dewi mengatakan, pihaknya sudah mengoptimalkan bimbingan belajar dan penambahan jam belajar untuk materi pelajaran yang di-UN-kan.

Selain itu pihaknya juga menggelar beberapa kali uji coba yang diselenggarakan Dinas Pendidikan dan sekolah.

"Kami yakin kelulusan UN mencapai 100 persen, karena tahun lalu siswa di sini kelulusan 100 dari 250 peserta," jelasnya. (MSR/Z002)

Editor: B Kunto Wibisono

 www.antaranews.com 

Wednesday, November 16, 2011

Tahun Ini, 11.443 Siswa SMA Tidak Lulus!

JAKARTA, KOMPAS.com — Sedikitnya 11.443 siswa sekolah menengah atas atau sekitar 0,78 persen dinyatakan tidak lulus Ujian Nasional 2011. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan tahun lalu yang persentase ketidaklulusannya mencapai 0,96 persen. Dari data Kementerian Pendidikan Nasional, jumlah tersebut dihitung dari semua siswa yang mendaftar UN, yaitu 1.476.575 siswa.
Ada 9.517 sekolah yang tidak memberikan data.
-- Mohammad Nuh
Namun, dalam perjalanannya, ada sekolah yang tidak memasukkan nilai sekolah atau rapor. Hal itu mengakibatkan ribuan siswa terpaksa kehilangan 40 persen nilai kelulusannya.
"Yang memasukkan nilai itu sebanyak 1.467.058 atau 99,36 persen atau ada 9.517 yang tidak memberikan data," kata Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh dalam jumpa pers kepada wartawan, Jumat (13/5/2011) sore di Jakarta.

Sementara itu, siswa yang tidak ikut UN ada sekitar 5.117 atau 0,35 persen. Setelah melalui proses evaluasi, dari 16.835 siswa SMA di seluruh Indonesia yang mengikuti UN sebanyak 1.461.941 siswa. Siswa SMA yang lulus UN tahun ini mencapai 1.450.498 siswa atau 99,22 persen.

http://soal-un-sma.blogspot.com